Pulanglah Pada Saatnya
Pulang.....
“Ma,
aku pulangnya besok ya”.
“Memangnya kantor ada liburnya sebelum puasa?
Kapan hari terakhir ngantor?”
“Sebenernya
kantor kaya biasa Ma, terakhir ngantor Jum’at, ga ada perlakuan istimewa
meskipun mau puasa, kan puasa mulainya sabtu, cuman di kantor banyak yang
pulang Kamis. Jumat juga kantor udah
sepi Ma”.
“Jangan,,...
Pulang lah di saat sudah waktunya pulang”.
Begitulah
percakapan saya dengan Mama saat saya menelpon untuk menanyakan apakah saya
boleh pulang lebih awal untuk persiapan menjelang puasa 1433 H di hari Kamis
lalu (padahal saya juga ga ikut puasa pertama karena “keistimewaan” sebagai
perempuan yang dikasih sama Allah.
Awalnya,
ada sedikit kekecewaan ketika dapat larangan dari Mama untuk pulang di hari
Kamis (yang biasanya Jumat). Pasalnya di kantor juga ga terlalu banyak kerjaan
dan temen-temen lain sudah banyak yang pulang karena mau persiapan menyambut
Puasa pertama di kampung halaman bersama keluarga masing-masing. Akan tetapi Mama berbeda prinsip. Saya disuruh pulang pada hari biasanya saya pulang
(Jumat). Saya kemudian menyadari bahwa dari sepenggal kalimat Ibu saya itu
menyimpan banyak makna dan kebenaran.
Pertama,
Ibu saya mengajarkan saya untuk disiplin dalam bekerja. Jangan ikut-ikutan
sesuatu yang sifatnya tidak benar, karena lambat laun akan membawa dampak yang
negatif bagi diri saya.
Kedua,
Jangan menambah deretan dosa yang mungkin tidak kita sadari dengan melakukan
kebohongan-kebohongan kecil seperti itu. Kenapa bohong? Ya, karena mungkin nantinya
saya akan mencari alasan yang mengada-ada untuk bisa izin tidak masuk kantor, atau suatu saat nanti ketika
ada pemeriksaan. Satu saja kebohongan, secara tidak sadar pasti akan
mendatangkan rentetan kebohongan lainnya.
Ketiga,
(ini yang paling penting), ketika mengingat potongan kalimat Ibu, entah kenapa
saya langsung teringat akan kematian. “Pulanglah di saat waktunya pulang”.
Memang benar, suatu saat nanti Allah pasti akan memanggil kita ketika sudah
tiba waktunya kita untuk pulang kepangkuan-Nya. Ketika Allah berkata “belum
saatnya”, ya kita tidak akan dipanggil meskipun seberapa besar keinginan kita
untuk “pulang”. Kita sering melihat kejadian orang yang ingin mengakhiri
hidupnya dengan mencoba gantung diri, minum racun, menabrakkan diri di tengah
kendaraaan yang sedang lewat, terjun dari lantai 30-an, dan banyak lagi
kejadiaan naas lainnya. Atau musibah yang tidak disengaja, misal seorang anak
balita terjatuh ke dalam sumur yang sangat dalam, atau bahkan seseorang yang
ingin mencoba mengakhiri hidup orang lain. Itu semua tidak akan berhasil jika
Allah tidak mengizinkan. Jika Allah mengatakan “belum saatnya kamu pulang”...ya
tidak akan pulang.
Jadi
kita jangan pernah mencoba untuk mendahului Allah dan jangan pernah membantah
perkataan orang tua selagi itu benar. Seperti contoh pengalaman saya kemaren
ketika tidak dizinkan pulang, benar saja ada hikmah di balik itu. Kamis malam,
ponakan saya yang paling kecil harus dirawat di Rumah Sakit, sehingga saya
harus membantu menemani kedua kakaknya di rumah karena kedua orangtuanya menjaga
sang adik di RS (disini saya “numpang tempat tinggal di rumah kakak yang
pertama, karena saya bekerja di daerah tempat domisilinya). Seandainya saya
pulang kampung duluan di hari Kamis, tentunya kakak saya akan keteteran membagi
waktu untuk menjaga anak-anaknya.
Dari
kejadian ini saya semakin yakin dengan perintah untuk tidak boleh melawan
perkataan orang tua selama itu benar.
Wassalam.........